MAKALAH UAWIS AL QARNI
MAKALAH KISAH DAN TELADAN HIDUP UWAIS AL QARNI
OLEH
PUTRI PERMATA UTARI ANDINI
XI MIA 1
A.
PENDAHULUAN
Pada zaman Nabi Muhammad ﷺ,
ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang,
berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada
selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan
kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu
untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang
menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di
langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama
menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang
masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai
penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menopang
kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba
dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya,
ia tetap melakukan puasa
di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam
pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad ﷺ.
yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar
berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat
di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di
negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu
merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam,
pergi ke Madinah
untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad ﷺ
secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka
dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais
setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah
"bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang
ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang
kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tetapi apalah daya ia tak punya bekal
B. KEHIDUPAN
UWAIS DENGAN IBUNYA
Pemuda bernama Uwais
Al-Qarni. Ia tinggal di negeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir,
hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah
lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh.
Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai
sanak famili sama sekali.
Dalam kehidupannya
sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan
domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat
nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan
ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni
terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah.
Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa,
memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap
melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan
Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah.
Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan
giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar
oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah.
Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw,
sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan
kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu
bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah
beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Suatu hari ibu uwais
mempunyai satu permintaan kepada uwais. "Anakku, mungkin Ibu tak akan lama
lagi hidup bersamamu, ikhtiarkanlah agar Ibu dapat mengerjakan haji,"
pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Makkah sangatlah jauh melewati
padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan
membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangatlah miskin dan tak memiliki
kendaraan apapun untuk keperluan ini.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah
seeokar anak lembu. Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi dia
bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila..
Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan, ia menggendong lembu naik turun bukit.
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan
Uwais. Tetapi karena latihan setiap hari, beban anak lembu yang semakin besar
itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah
mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang semakin besar. Ia menjadi
kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais
menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Subhanallah,
alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh
dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya
terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu
dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais.
"Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab,
"Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho
dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."Subhanallah, itulah keinganan
Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais
seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan
putih di tengah talapak tangannya
C. KECINTAAN
UWAIS KEPADA RASULULLAH
Alangkah sedihnya hati
Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad
Saw., sedangkan ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Suatu
ketika Uwais Al-Qarni mendengar bahwa Nabi Muhammad giginya patah karena
dilempari batu oleh musuhnya, Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya dengan
batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada
Nabi Muhammmad saw. sekalipun ia belum pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan
Uwais Al-Qarni untuk menemui Rasulullah saw. makin dalam. Hatinya selalu
bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw. dan memandang
wajah beliau dari dekat? Ia juga rindu mendengar suara Nabi saw., kerinduan
karena iman. Pada suatu hari Uwais Al-Qarni datang mendekati ibunya,
mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar ia diperkenankan
pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni sangat terharu ketika
mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya
berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan jika
telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.” Betapa gembira
mendengar ijin yang diberikan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat
dan berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju
Madinah untuk menemui Rasulullah Saw.. Setelah ia menemukan rumah Nabi,
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya
membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw. yang ingin
dijumpainya. Namun ternyata saat itu Nabi tidak berada di rumahnya, beliau
sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan
Siti Aisyah ra., istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia
datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw., tetapi Nabi saw. gagal
dijumpainya. Ketaatan Uwais Al-Qarni terhadap Pesan Ibunya Kisah Uwais Al-Qarni
: Hikmah Taat Kepada Ibu Dalam hati Uwais bergolak perasaan ingin menunggu
sampai bertemu dengan Nabi, sementara ia ingat pesan ibunya agar ia cepat
pulang ke Yaman. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya
mengalahkan suara hati dan kemauan kuatnya untuk menunggu dan berjumpa dengan
Nabi saw. Setelah Nabi pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah,
Nabi saw. menanyakan kepada Siti Aisyah ra. tentang orang yang mencarinya. Siti
Aisyah ra., menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena
lama menunggu, orang itu segera pulang kembali ke Yaman karena ibunya di rumah
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu
lama. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa orang itu adalah penghuni langit.
Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan
dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya.” Nabi
menyarankan, “Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfar
darinya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Khalifah Umar ra. dan
Ali ra. Bertemu Uwais Al-Qarni Waktu terus berganti. Suatu ketika, Khalifah
Umar teringat akan sabda Nabi saw. tentang Uwais Al-Qarni, sang penghuni
langit. Sejak saat itu setiap ada khalifah yang datang dari Yaman, Khalifah
Umar ra. dan Ali ra. selalu menanyakan tentang perihal Uwais Al Qarni. Suatu
hari rombongan kafilah itu pun tiba di Kota Madinah. Melihat ada rombongan
kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra. dan Ali ra.
mendatangi mereka dan bertanya apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka,
kebetulan dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar
jawaban itu, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. segera pergi menjumpai Uwais
Al-Qarni. Sesampainya di perkemahan tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra. dan
Ali ra. memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang Shalat. Setelah mengakhiri
Shalat-nya dengan salam, Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra. dan Ali ra.
sambil mendekati kedua sahabat Rasulullah saw. tersebut dan mengulurkan
tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra. dengan segera
membalikkan tangan Uwais, untuk melihat tanda putih yang berada di telapak
tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar!
Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni. Wajah Uwais Al-Qarni
tampak bercahaya. Memang benar seperti sabda Nabi saw. bahwa dia itu adalah
penghuni langit. Khalifah Umar ra. dan Ali ra. menanyakan namanya, dan dijawab,
“Abdullah.” Mendengar jawaban itu, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga
Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais
kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali
ra. memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais merasa
enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang harusnya meminta doa pada
kalian.” Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke sini
untuk mohon doa dan istighfar dari Anda.” Akhirnya Uwais Al-Qarni berdoa dan
membacakan istighfar. Setelah itu, Khalifah Umar ra. menyumbangkan uang negara
dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais menolak dengan
berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk
hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
D.
WAFATNYA UWAIS AL QARNI
Beberapa tahun
kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan,
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani,
di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau
dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk
mengusung jenazahnya. Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya,
“Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal
hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia
asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian
banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh
Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya
Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar
ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais
Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni,
hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar
ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya
penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw.,
bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit. (HR. Muslim dari Ishak bin
Ibrahim, dari Muaz bin Hisyam, dari ayahnya, dari qatadah, dari zurarah, dari
Usair bin Jabir)
E.
TELADAN KISAH UWAIS AL QARNI
Uwais al qarni hanyalah seorang pengembala miskin yang
memiliki penyakit dan tinggal dengan ibunya yang buta dan lumpuh. Namun
bagaimana beliau bisa mendapatkan banyak ridha dari allah sehingga banyak
penduduk langit yang mendatanginya saat dia sudah wafat?. Jawabannya adalah
uwais merupakan anak yang sangat berbakti kepada ibunya bahkan baktinya kepada
ibunya mengalahkan keinginannya menemui Rasulullah. Baktinya begitu besar
kepada ibunya sehingga dia hanya mendoakan keselamatan ibunya disaat dia
akhirnya bisa menapakkan kakinya dirumah Allah. Hal itulah yang membuatnya
terkenal di langit. Uwai yang sangat mencintai ibunya dan berbakti kepada
ibunya
F.
KESIMPULAN
Uwais al qarni adalah teladan yang sangat baik bagi
kita, beliau merupakan contoh terbaik seorang anak terhadap ibunya. Bahkan
disaat ibunya tidak bisa melakukan apa-apa dia tetap bersabar dan menggendong
ibunya mengelilingi ka’bah. Beliau juga merupakan orang yang taat beribadah dan
sangat mengidolakan Rasulullah. Karena kecintaannya kepada ibunya, maka cinta
pulalah Allah kepadanya. Karena keridhaan ibunya, maka ridha pula Allah
kepadanya. Tidak pernah lupa ia akan jasa besar ibunya terhadap dirinya. Maka
dari itu tidak ingin dia menyakiti dan membuat susah ibunya
Komentar
Posting Komentar