MAKALAH FATIMAH AZZAHRA
MAKALAH KISAH DAN TELADAN HIDUP FATIMAH
AZZAHRA
OLEH
PUTRI PERMATA UTARI ANDINI
XI MIA 1
Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fatimah bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.
A.
PENDAHULUAN
Fatimah binti Muhammad atau lebih
dikenal dengan julukan Fatimah Azzahra merupakan putri bungsu Rasul dengan
istri pertamanya yaitu Khadijah. Pemimpin wanita pada masanya ini adalah putri
ke 4 dari anak anak Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, dan ibunya adalah
Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala
menghendaki kelahiran Fatimah yang mendekati tahun ke 5 sebelum Muhammad
diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah
sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa
yang berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah diperbaharui. Dengan
kecerdasan akalnya dia mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan
peperangan di antara kabilah-kabilah yang ada di Makkah.
B.
KELAHIRAN FATIMAH AZZAHRA
Fatimah dilahirkan ketika kaum quraisy
merenovasi ka'bah (pada saat itu Rasulullah yang dikenal dengan julukan Al Amin
–orang yang dipercaya-berhasil menggagalkan peperangan antara kelompok
quraisy).Tepatnya 20 jumadil akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun wahyu
kepada rasulullah). Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi
wassalam dengan memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, sedangkan
kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).
Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Ketika aku dalam perjalanan ke langit,
aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga.
Aku melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih,
buahnya paling harum. Kemudian, aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan. Buah
itu menjadi nuthfah di sulbi-ku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan
dengan Khadijah, kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu
aroma surga, aku menciumi Fatimah". (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang
surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156).
Pada usia 5 tahun, Fatimah ditinggal ibundanya Khadijah. Mau tidak
mau secara langsung dia menggantikan tempat ibundanya untuk melayani, membantu
dan membela ayahandanya. Ia putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa
dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya
yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga
menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. sampai cobaan yang
berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian
ibunya.
Rasulullah sangat menyayangi Fatimah, setelah Rasulullah bepergian
ia lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui istri istrinya. Aisyah berkata ,”
Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang
menyerupai Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah,
Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya
yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya.”.
Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fatimah bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.
Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwasanya Fatimah adalah orang yang
paling mirip dengan Rasulullah (kelak setelah lahirnya Hasan bin Abi Thalib bin
Fatimah bin Muhammad, Hasanlah orang yang paling mirip dengan Rasulullah), di
antaranya adalah apa yang dikatakan 'Aisyah: "Tidak ada yang mirip
Rasulullah dalam cara berjalan dan bertutur kata kecuali Fatimah", Dalam
riwayat lain Ummul Mu'minin Ummu Salamah mengatakan: "Fatimah bintu
Rasulillah adalah orang yang paling mirip wajahnya dengan Rasulullah." Hal
ini ditegaskan oleh Anas bin Malik dalam salah satu riwayatnya: "Fatimah
sangat mirip dengan Rasulullah, kulitnya putih dan berambut hitam."
C.
PERNIKAHAN FATIMAH AZZAHRA DENGAN ALI BIN ABI
THALIB
Saat Fatimah beranjak dewasa, banyak
sahabat-sahabat dari ayahnya yang hendak melamarnya, antara lain Abu Bakar dan
Umar bin Khattab. Namun, Rasulullah menolak pinangan sahabat-sahabatnya
tersebut.
"Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah)".
Kemudian malaikat Jibril datang untuk mengabarkan Rasulullah bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Tak lama akan kehadiran malaikat Jibril, Ali bin Abi Thalib datang menghadap Rasulullah untuk meminang Fatimah. Dengan tangan terbuka Nabi Muhammad menerima Ali bin Abi Thalib sebagai menantunya.
"Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah)".
Kemudian malaikat Jibril datang untuk mengabarkan Rasulullah bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Tak lama akan kehadiran malaikat Jibril, Ali bin Abi Thalib datang menghadap Rasulullah untuk meminang Fatimah. Dengan tangan terbuka Nabi Muhammad menerima Ali bin Abi Thalib sebagai menantunya.
Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan
untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu setelah
Rasulullah menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing,
ia adalah anak paman Rasulullah, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah
yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Rasulullah sebagai balas
jasa Rasulullah terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa
untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului Ali melamar
Fatimah, keduanya ditolak Rasulullah dengan halus. Setelah penolakan itu
keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Rasulullah
untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara
halus. Rasulullah hanya menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya
sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali menemui Rasulullah, kali ini
dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai
mahar. Kemudian atas perintah Rasulullah ia menjual baju besinya seharga 470
dirham untuk keperluan perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Rasulullah,
dengan Ali, pemuda faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar.
Ketika itu usia Fatimah 18 tahun.
Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Rasulullah mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Rasulullah guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Rasulullah ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Rasulullah, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Rasulullah untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Rasulullah tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Rasulullah sebagai seorang ayah. Malamnya Rasulullah mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Rasulullah." Rasulullah berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."
Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Rasulullah ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati.
Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Rasulullah berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."
Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Rasulullah mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Rasulullah guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Rasulullah ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Rasulullah, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Rasulullah untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Rasulullah tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Rasulullah sebagai seorang ayah. Malamnya Rasulullah mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Rasulullah." Rasulullah berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."
Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Rasulullah ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati.
Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Rasulullah berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."
D.
WAFATNYA FATIMAH AZZAHRA
Hari ketiga Ramadan adalah hari wafatnya
anak kesayangan baginda Nabi Muhammad SAW, Fatimah Az-Zahra. Fatimah yang juga
istri Ali bin Abu Thalib, ini wafat pada 3 Ramadan tahun 11 Hijriah atau 23
November 632 Masehi. Dia dimakamkan pemakaman Baqi, Madinah.
Kepergian ibu dari Hasan dan Husein sungguh menyayat hati dan mengharu biru. Fatimah sebenarnya sudah tahu kapan dirinya akan dipanggil Ilahi.
Alkisah saat Rasulullah terbaring sakit, Fatimah tak henti-hentinya bersedih. Rasulullah pun membisikkan sesuatu ke telinga anaknya.
"Aku akan pergi tetapi engkau pertama yang akan menyusul," ujar Rasulullah dikutip dalam buku Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan, Rabu (17/5).
Sontak raut muka Fatimah menjadi senang karena keriduannya kepada ayahanda pasti segera tertambat. Banyak yang ingin tahu apa yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah, namun ditanya berapa kalipun Fatimah bergeming.
Fatimah menyadari ajalnya makin dekat, saat itu dia menemui ayahnya dalam mimpi. "Wahai Fatimah! aku datang untuk memberi kabar gembira kepadamu. Telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini, putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kamu menjadi tamuku?"
Sebelum meninggal, Fatimah berlaku tidak biasa di dalam rumah dia menyisir Hasan dan Husein dengan air mawar dan hati terus bergetar karena tahu dia akan meninggalkan dua buah hatinya. Dia dekap Hasan dan Husein dan diciuminya dalam-dalam.
Ali termenung dan terus memandangi belahan hatinya tersebut. lantas Fatimah berkata, "Wahai Ali. Bersabarlah untuk deritamu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Jangan engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kekasihku, suamiku, teman hidupku yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku"
Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan. Fatimah lalu meminta kedua anaknya berziarah ke pemakaman Baki. Anak-anaknya menurut. Untuk terakhir kali Fatimah memandang Ali "Halal semua atasku wahai cahaya kedua mataku," ujar Fatimah memohon maaf.
Fatimah berbaring dan menyuruh Asma binti Umais menyiapkan keperluan dan makanan. Tak disangka beberapa waktu sebelum ditariknya nyawa Fatimah, dua anaknya kembali ke rumah. Fatimah pun menyuruh lagi keduanya pergi ke Raudah, dia tidak ingin anaknya sedih melihatnya menghadap Ilahi.
Dalam kesakitannya, Fatimah berbisik kepada Ali. Dia menitipkan wasiat kepada Ali, yaitu permohonan maaf kepada Ali, meminta Ali mencintai kedua anaknya, meminta dirinya dimakamkan pada malam hari agar saat dikebumikan tidak banyak dilihat manusia, dan meminta Ali untuk sering mengunjungi makamnya.
Saat menitipkan wasiat, tiba-tiba dua anaknya kembali dari Raudah. Sadar kondisi ibunya, mereka mendekap Fatimah erat-erat. Fatimah meminta keduanya agar jangan berpaling di jalan Al-Quran, jalan Rasulullah dan melawan ayahnya.
Fatimah meminta semua orang keluar dari kamarnya, dia hendak menyendiri dan ingin bersama tuhannya. Fatimah berpesan jika tidak ada lagi sahutan dari dalam kamar maka jiwanya telah hilang. Dalam sekejap Madinah telah kehilangan mawarnya saat Fatimah kembali keharibaan tuhan.
Kepergian ibu dari Hasan dan Husein sungguh menyayat hati dan mengharu biru. Fatimah sebenarnya sudah tahu kapan dirinya akan dipanggil Ilahi.
Alkisah saat Rasulullah terbaring sakit, Fatimah tak henti-hentinya bersedih. Rasulullah pun membisikkan sesuatu ke telinga anaknya.
"Aku akan pergi tetapi engkau pertama yang akan menyusul," ujar Rasulullah dikutip dalam buku Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan, Rabu (17/5).
Sontak raut muka Fatimah menjadi senang karena keriduannya kepada ayahanda pasti segera tertambat. Banyak yang ingin tahu apa yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah, namun ditanya berapa kalipun Fatimah bergeming.
Fatimah menyadari ajalnya makin dekat, saat itu dia menemui ayahnya dalam mimpi. "Wahai Fatimah! aku datang untuk memberi kabar gembira kepadamu. Telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini, putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kamu menjadi tamuku?"
Sebelum meninggal, Fatimah berlaku tidak biasa di dalam rumah dia menyisir Hasan dan Husein dengan air mawar dan hati terus bergetar karena tahu dia akan meninggalkan dua buah hatinya. Dia dekap Hasan dan Husein dan diciuminya dalam-dalam.
Ali termenung dan terus memandangi belahan hatinya tersebut. lantas Fatimah berkata, "Wahai Ali. Bersabarlah untuk deritamu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Jangan engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kekasihku, suamiku, teman hidupku yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku"
Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan. Fatimah lalu meminta kedua anaknya berziarah ke pemakaman Baki. Anak-anaknya menurut. Untuk terakhir kali Fatimah memandang Ali "Halal semua atasku wahai cahaya kedua mataku," ujar Fatimah memohon maaf.
Fatimah berbaring dan menyuruh Asma binti Umais menyiapkan keperluan dan makanan. Tak disangka beberapa waktu sebelum ditariknya nyawa Fatimah, dua anaknya kembali ke rumah. Fatimah pun menyuruh lagi keduanya pergi ke Raudah, dia tidak ingin anaknya sedih melihatnya menghadap Ilahi.
Dalam kesakitannya, Fatimah berbisik kepada Ali. Dia menitipkan wasiat kepada Ali, yaitu permohonan maaf kepada Ali, meminta Ali mencintai kedua anaknya, meminta dirinya dimakamkan pada malam hari agar saat dikebumikan tidak banyak dilihat manusia, dan meminta Ali untuk sering mengunjungi makamnya.
Saat menitipkan wasiat, tiba-tiba dua anaknya kembali dari Raudah. Sadar kondisi ibunya, mereka mendekap Fatimah erat-erat. Fatimah meminta keduanya agar jangan berpaling di jalan Al-Quran, jalan Rasulullah dan melawan ayahnya.
Fatimah meminta semua orang keluar dari kamarnya, dia hendak menyendiri dan ingin bersama tuhannya. Fatimah berpesan jika tidak ada lagi sahutan dari dalam kamar maka jiwanya telah hilang. Dalam sekejap Madinah telah kehilangan mawarnya saat Fatimah kembali keharibaan tuhan.
E.
MENELADANI KISAH HIDUP FATIMAH AZZAHRA
Muhammad
Al Baqir ibn Ali Assajjad ibn Husain putra Fatimah mengatakan, “Mengapa
Fatimah dinamakan Azzahra?” ia menjawab, “karena Allah SWT
menciptakannya dari cahaya keagungan-Nya, ketika ia bersinar , ia menerangi
langit dan bumi dengan cahayanya, menutupi pandangan-pandangan para malaikat
lalu mereka sujud kepada Allah dan bertanya, “Tuhan kami dan junjungan kami,
cahaya apakah ini? Maka Allah menjawab, ‘ini adalah cahaya dari cahaya-Ku. Aku
tempatkan ia dilangit-Ku dan aku ciptakan dia dari keagungan-Ku. Aku keluarkan
dia dari sulbi seorang Nabi-ku yang Aku utamakan atas sekalian Nabi.. ” [
Al-Bihar, Jus 43. Hal 12]
Rasulullah
saw mengatakan, “cukuplah bagimu wanita-wanita di seluruh alam dengan Maryam
binti Imran, Khadijah binti Khuwailid.Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah binti
Muzahim” [Kasyf Al-Ghummah, II, hal. 76]
Aisyah mengatakan “Belum pernah saya melihat seorang pun yang lebih
benar bicaranya dibandingkan Fatimah, kecuali ayahnya.” [Kasyf Alghummah
II,hal. 8; Dzakha’ir Al-‘Ukba, hal. 44]
Rasulullah saw mengatakan, “wahai Fatimah, sesungguhnya Allah marah
dengan kemarahanmu dan rida dengan keridaanmu” [Yanabi’ Al-Mawaddah, hal.
99]
Kita ketahui dengan pasti, Allah tidak akan rida kepada sesuatu yang buruk
dan bertentangan dengan kebenaran.
Rasulullah saw juga mengatakan “Fatimah adalah bagian dari diriku,
barang siapa membuatnya marah berarti ia membuatku marah.” [Shahih
Al-Bukhari, II, hal.203]
Dapat kita perhatikan disini bahwa Fatimah juga memiliki akhlak yang agung
serta suci dari dosa, dan kejahatan, karena Nabi sendiri adalah utusan Allah
yang suci. Sebagaimana tentangnya Allah SWT berfirman, “Dan sungguh engkau
(muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang mulia,” [QS.Al-Qalam:4] dan
bahwa ia, “tidak berbicara menurut hawa nafsunya; ucapannya tidak lain dari
wahyu yang diwahyukan,” [QS.Ann-Najm:4] dengan demikian, tidak mungkin
kemarahan dan keridaan Rasulullah saw bertentangan dengan Fatimah sendiri..
Fatimah adalah Ahlulbait Nabi, dialah yang disebutkan dalam Al-Quran “sesungguhnya
Allah berkeinginan untuk menghilangkan kotoran dari kamu, hai Ahlulbait, dan
menyucikan kamu sesuci-sucinya” [QS.Al-Ahzab: 33]
Imam Hasan
meriwayatkan, “Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim
daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya
menjadi bengkak.” Imam Hasan juga meriwayatkan:
“Aku melihat ibuku,
Fatimah berdiri solat pada malam Jumat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk
dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau AH berdoa untuk kaum mu’minin
dan mu’minah dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua
tetapi beliau AH tidak berdoa untuk dirinya sendiri. “Ibu,” Aku bertanya kepada
beliau “Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa
untuk orang lain?” Beliau menjawab,” Anakku, (berdoalah) untuk tetangga-tetanggamu
diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri.”[Bihar al-Anwar, Jilid
43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169;Sayyid
Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar
al-Fatimiyyah, Juz 13, hlm.45]
Rasul
pernah menyifati putrinya, Fatimah dengan sabdanya, “Allah telah memenuhi hati
dan seluruh anggota tubuh Fatimah dengan keimanan dan keyakinan.” Kepada
putrinya itu, beliau pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan
menghiasimu dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan
memuliakanmu di atas wanita seluruh jagat.“
Kecintaan Rasulullah SAW kepada Fatimah Zahra merupakan satu hal khusus
yang layak untuk dipelajari dari kehidupan beliau. Di
saat bangsa Arab menganggap anak perempuan sebagai pembawa sial dan kehinaan,
Rasul memuliakan dan menghormati putrinya sedemikian besar. Selain itu,
Rasulullah SAW biasa memuji seseorang yang memiliki keutamaan. Beliau mencintai dan memuji Fatimah sedemikian, semata-mata karena mengetahui
kedudukannya yang tinggi. Dialah perempuan teladan dalam islam
F.
KESIMPULAN
Fatimah adalah putri tercinta rasul yang
sangat disayangi oleh Rasulullah. Beliau sangat mirip dengan rasul dari cara
bicaranya, cara berjalannya, dan lain-lain. Beliau juga sangat menyayangi
Rasul. Sejak kecil beliau sudah mendukung dan membela Rasul disaat musuh-musuh
islam mengolok-olok Rasul. Fatimah kecil akan menangis bila melihat ayahnya
diperlakukan secara keji oleh orang-orang kafir quraisy. Kisah cintanya dengan Ali
bin abi thalib juga tak kalah menakjubkan. Sebuah riwayat mengatakan bahwa
hanya fatimah,ali dan Allah saja yang tahu mengenai cinta yang ada di hati
mereka. Cinta mereka sungguh mulia karena didasari oleh kecintaan mereka kepada
Allah.
Komentar
Posting Komentar