CONTOH CERPEN 4 HALAMAN

Ikhlasku Karena Allah
Cerpen Karangan: Wikawidya
Kategori:
Cerpen Islami (Religi), Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 22 September 2017
Bagiku ikhlas itu tidak mudah dan tak semua orang bisa melakukannya. aku sendiri tidak tau ikhlas yang sebenarnya itu apa dan bagaimana hingga pada suatu hari aku tersadar melalui nasehat sahabatku mutmainnah yang manja disapa dengan panggilan muti. pada saat itu aku dengan perasaan marah dan emosi aku masuk ke kamar dengan meluru tanpa mengetuk pintu atau mengucap salam.
Kelihatan muti lagi sibuk dengan tugas tugasnya yang menumpuk di meja belajarnya, sekilas muti memandang wajahku namun setelah itu dia kembali menunduk fokus ngerjain tugas tanpa menghiraukan aku. mungkin dia sudah mengerti aku lagi emosi yah cara paling bijak adalah kami saling mendiamkan diri.
Pada keesokan harinya aku bertemu dengan muti di kantin lantas muti menghampiri aku dengan penuh kerisauan.
“Ervi kamu gak apa apa kan, soalnya semalem aku lihat kamu…”
Tak sempat Muti menghabiskan kata katanya lantas aku memotongnya “Aku okey, gak apa apa kok” Jawabku. lalu aku berlalu dari hadapan Muti tanpa permisi. dan setelah itu aku duduk di kantin sambil membuka Akun Facebookku lalu aku terbaca Status Baru dari Akun Muti yang berbunyi.
“Ketika Api Amarah mulai Membakar hati yang Membara, maka padamkanlah dengan kesejukan Air Wudhu’ yang akan memadamkan Amarahmu Karena Amarah itu ibarat api yang membakar dan cara untuk melenyapkannya adalah dengan percikan Air”
“Muti nyindir aku kali yah?” Tanyaku dalam hati dan aku mulai Su’uzon padanya sukses membuat aku untuk menemuinya. kebetulan kami bertemu di kantin lalu aku menarik tangan Muti.
“Mut, maksudnya apa sih? Kamu nyindir aku lewat status kamu itu? Kamu mau menghina aku? Di sosmed lagi?” aku memandang tajam ke arah dua bola matanya. Muti hanya tersenyum tenang memandangku.
“Astagfirullah, jauh sekali aku untuk menghina sahabatku sendiri, apalagi di sosmed. kamu salah paham Ervi aku sama sekali gak bermaksud begitu. sebelumnya aku minta maaf jika memang Status itu menyinggung kamu. percayalah aku menulis itu bukan untuk kamu” Jelas Muti padaku, tapi penjelasan itu tak kunjung memuaskan bagiku.
“Jadi status itu bermaksud apa?” Tanyaku lagi pada Muti. lalu muti menggenggam tanganku
“Status itu sebenarnya adalah tips untuk mengurangi perasaan Amarah. Ervi masalah gak akan pernah selesai jika hanya dihadapi dengan Emosi”
Muti mulai melepaskan genggaman tangannya. dan aku juga mulai berfikir sejenak mungkin aja kemarin itu mengganggu konsentrasi Muti di kamar. lalu aku mengusap lembut bahu Muti “Maafkan aku Mut. aku gak sengaja udah menjadikan kamu mangsa Amarahku. maafkan aku ya”
Muti tersenyum dan mengagguk tanda menerima peemohonan maaf dari aku.
Dan beberapa hari sesudah itu, seperti biasa aku melangkah masuk ke kamar Asrama dengan perasaan Hampa dan kecewa.
“Ervi kamu kenapa? Kok wajahnya gak semangat banget?” tanya muti yang lagi nyantai membaca novel di atas kasur. hari itu apes banget bagi aku rasanya aku benar benar gak tahan menerima keputusan hasil semester kali ini
“Mut Rankingku kebobolan lagi untuk yang ke tiga kalinya. aku gak tau harus gimana lagi? Aku udah giat belajar, sholat juga aku jaga tapi masih aja gini. aku takut ibu dan ayahku kecewa dan orang orang di Desaku akan mencemooh aku. Aku harus gimana Mut?”
Muti menutup Novel yang dibacanya lalu, dia duduk di sampingku.
“Jujur ya, aku bangga dengan semangat belajar kamu. kamu itu mahasiswi yang selalu cemerlang. tapi apa yang membuat aku lebih Bangga lagi kamu itu Rajin Ibadah. tapi Ervi yang namanya Manusia pasti akan selalu diuji dengan bermacam macam cobaan. Anggap sajalah Ujian ini tanda Tuhan lagi merindukan kamu dan Dia ingin menguji tahap kesabaran dan ketaqwaan kamu” Jawab Muti.
Dan aku menunduk memandang lantai kamar Asrama yang putih dan sudah pasti ia tak seputih hatiku. aku meneliti bait bait kata kata Muti tadi. lalu, Muti kembali menyambung kata katanya “Dalam melakukan seauatu apa yang terpenting adalah Niatnya. karena setiap perbuatan itu tergantung pada Niatnya. Niat yang baik harus disertakan dengan usaha yang gigih dan keikhlasan dalam menghadapinya”
Jelas Muti. nasehatnya itu membuat aku berfikir seribu kali.
“Menurut kamu, apa selama ini aku kurang Ikhlas menghadapi semua ini?” Tanyaku pada Muti. dan Muti hanya mengangkat Bahunya yang sememangnya dia ingin menyadarkan aku untuk berfikir dan membenahi diri yang jauh dari sempurna ini.
Mungkin ada benarnya kata kata Muti. selama ini aku Kuliah bukan karena apa. tapi karena mengejar Nama sebagai kebaggaan di Desa karena aku satu satunya siswi yang bisa kuliah di Jakarta dari Desaku.
“Maafkan aku Ya Allah. aku tidak mendahulukan Mu dalam segala aktivitasku. terkadang kewajiban sebagai seorang Hamba aku jalani dengan penuh terpaksa dan protes” Astagfirullah!
Aku duduk di Taman sambil membuka Akun Facebook ku aku membaca Status terbaru dari Muti yang berbunyi
“Ikhlas yang bagaimana itu? Ketika kewajiban kau jalani dengan keterpaksaan. Ketika Ketulusan kau Nodai dengan Cemoohan. ketika Kemaafan kau sertakan dengan hal hal yang menyakitkan. dan pemberian yang kau harapkan Balasannya.
Masih pantaskah kita mengaku Ikhlas dengan semua ini?”
Menetes air mataku setelah membaca Status Facebook Muti tadi. sedikit sebanyak terasa menyesal di hatiku karena pernah menuduh Muti menghina dan menyinggung aku lewat Status Status Facebooknya.
“Ya Allah, apa yang telah aku lakukan. aku harus meminta maaf pada Muti”
Pada ketika itu aku yang sedang duduk di Taman depan Kampus segera bergegas untuk menemui sahabat ku Muti. dengan Niat nanti aku akan teraktir dia makan Bakso di kantin. Setibanya aku di depan kamar Asrama para Mahasiswa dan Mahasiswi mulai berkerumunan di depan kamar aku dan Muti. aku penasaran dan memberanikan diri untuk bertanya pada mereka “Ada apa guys? Kok rame banget di sini?”
Lalu, salah seorang dari mereka kelihatan tergagap untuk menjawab pertanyaanku. aku menduga pasti ada sesuatu yang terjadi di sini.
“Ervi, tenang dulu ya kamu jangan Panik” Jawab salah satu dari mereka dan mereka menyuruh aku untuk duduk di kursi dengan tenang dan makin Ramai mahasiswa dan mahasiswi yang sedang memandangku.
“Sebenarnya Muti udah gak ada. Muti udah meninggal Dunia. Kamu yang sabar ya Ervi”
Aku seakan akan gak percaya akan semua ini. lalu aku dan para mahasiswa dan mahasiswi di sana segera ke rumah sakit. Ternyata memang benar Muti udah benar benar Pergi buat selamanya dari kami. Jenazahnya sudah diuruskan di Rumah sakit dan akan segera diMakamkan pada sore ini. Kami yang di kampus pun turut mengiringi jenazah Muti yang dibawa ke rumahnya yang kelihatan Mewah dan Megah tapi tak ada seseorang pun yang menyambut Jenazah Muti hanya ada ibu ibu yang merupakan Tetangga Muti yang menyambut kedatangan kami ke rumah Muti.
Dan setelah itu jenazah Muti dibawa ke masjid untuk disholatkan dan setelah itu kami turut mengiringi perjalan Tetakhir Muti menuju tempat Peristirahatan panjangnya. Air mata dan Doa Doa kami tak henti henti kami utuskan buat Muti. aku tatapi jasadnya yang sudah terbujur Kaku dibaluti kain Kafan yang menutupi Badannya. kulihat wajahnya yang putih Bersinar dan terukir senyuman di bibirnya. entah mengapa Muti kelihatan sangat cantik pada ketika ini seakan akan Muti memang sudah siap menerima TakdirNya.
Aku tak mampu menahan kesedihan dan akhirnya Air mataku mulai berguguran membasahi pipiku. usai berDoa dan menabur Bunga di atas makam Muti. kami segera pulang ke Kampus dan kembali Beraktifitas seperti biasa. aku tetap meneruskan hari hariku dengan nostalgia bersama Muti dahulu.
Dan pada suatu malam ketika aku terlelap dalam Tidurku dengan Air mata yang membasahi pipi menahan kerinduan pada Muti. aku bermimpi muti datang dan memeluk aku dan berkata
“Ervi jangan sedih, aku gak pergi dan aku masih Di sini” Kata muti yang hadir dalam mimpiku.
Segera aku terbangun dari tidur dan berharap yang tadi itu menjadi Realita tapi, kenyataannya itu semua tetaplah sebuah Mimpi. aku memandang Barang barang Muti yang masih utuh tetsimpan dan aku dapati ada sebuah sampul putih di atas meja belajarnya yang tertulis nama Ervi. sepertinya itu sebuah surat lalu, aku buka sampul itu perlahan dan aku baca kandungan surat itu
“Sahabatku Ervi yang sangat aku sayangi, maafkan aku andai aku dengan sengaja dan tidak sengaja menyakiti hatimu. Terlalu banyak yang kamu tidak tau tentang diriku. aku seorang gadis sebatangkara yang menghidap penyakit Leukimia tahap 4. kedua orangtuaku sudah meninggal sejak aku kecil. dan aku mengidapi penyakit Leukimia sejak umur 15 tahun hingga saat ini aku bertahan sehingga ke tahap 4. aku tau waktuku tidak banyak lagi untuk tertawa dan sekaligus menagisi Taqdir ini. aku hanya bisa pasrah dan Ikhlas menunggu Mati
Maaf aku terlalu merahasiakan ini pada kamu. bukan karena aku tidak percaya padamu. aku cuma takut kalau kamu bersahabat denganku karena dasar Simpati dan aku tidak suka Mengemis Simpati. dengan merahasiakan ini aku menjadi lebih kuat dan Ikhlas untuk menghadapi kehidupan ini.
Mungkin selepas ini aku tak lagi bisa menjadi pendengar setia curhatmu lagi, aku tak lagi bisa memberi motivasi dan nasehat untukmu lagi.
Ervi, aku ada pesanan terakhir buat kamu dan kamu harus janji tidak akan melupakan pesanku ini:
Ke manapun kamu melangkah dan apapun yang akan kamu lakukan pastikan Niat Karena Allah. Ketika Niatmu baik maka Allah akan permudahkan urusanmu
Dalam keadaan apa pun kamu dan di manapun kamu berada jangan lupa untuk selalu Bersyukur dan Bersabar.
Karena orang yang Sabar itu orang yang disayang Allah
Dan apapun yang kamu lakukan jangan lupa untuk selalu ikhlas dalam melakukannya. karena jika Kamu Ikhlas kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kamu harapkan
Dan jangan lupa untuk kamu selalu Istiqomah dalam memperbaiki diri. karena tak ada seorang manusia pun yang sempurna maka dari itu perbaikilah diri agar bisa menjadi Hamba yang lebih baik lagi dari sebelumnya
Yang terakhir ku mohon jangan pernah lupakan aku, karena aku tak pernah melupakan kamu. aku sayang kamu sahabatku Ervi. terimakasih udah menjadi sahabat sekaligus keluarga buat aku selama ini
Ikhlas
Sahabatmu Mutmainnah
Aku memeluk erat surat terakhir Muti yang aku tak tau kapan surat itu ditulis.
Dan setelah beberapa bulan kemudian Alhamdulillah aku berhasil menggenggam Ijazah dan mendapat hasil yang sangat membanggakan. hari hari Duka itu berlalu dengan cepat sekali. Dari situlah aku belajar untuk menjadi lebih Ikhlas, sabar, kuat dan Istiqamah dalam melakukan dan menerima sesuatu.
Gadis ayu yang sangat kuat ketika diUji, dan sangat Kuat ketika Menghadapi hari harinya yang penuh Cobaan telah membuat aku mengenal Arti Ikhlas yang seaungguhnya.
Terimakasih Mutmainnah sahabatku atas jasamu yang tak akan pernah aku lupakan. aku Berdoa semoga engkau Bahagia di sisi Ilahi.
“Jika kamu Meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik(ikhlas), Nescaya Dia akan melipat gandakan(Balasan) untukmu dan mengampunkanmu”
(Qs. At-Taghabun:17)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL PEMBUATAN ALAT PERAGA FISIKA GERAK PARABOLA PELEMPAR BOLA PINGPONG SEDERHANA

ASAL MULA NAMA BLOG INI!!

BIODATA MEMBER NCT U